Minggu, 28 Maret 2010

lukisan malam


Aku menyukai langit malam, dengan segala hiasannya... Dulu, langit malam adalah temanku... saat kubaru menemukan makna hakikat hidup ini... Aku suka memandang di ruangan hitam langitnya... mencari jawaban diantara gugusan bintang-bintangnya... sesekali kuterhidur dengan jatuhnya beberapa dari sekian banyak bintang-bintangnya...

Salah seorang kawan bertanya, "Sejak kapan kamu mulai menulis puisi?? Sejak umur 7 tahun??"
Aku mulai menulis puisi sejak aku kenal hidup ini, sejak umurku menginjak 17 tahun dan semakin intensif saat usiaku mencapai umur 2o tahunan. Aku tuangkan segala resah dan gelisahku dalam catatan-catatan harianku... Dan saat kubaca ulang kemarin-kemarin, baru kumenyadari... betapa indah rangkaian kata-kata gelisah dan rinduku...

Kenapa gelisah dan resah selalu mengiringiku?? Aahh... mungkin karena idealismeku... Aku ingin dekat denganNya... Ingin jadi hambaNya yang Dia ridhai... itu mungkin sumber keresahanku... dipadu dengan beratnya perjuangan menjaga hati dan hidayah untuk tetap di jalanNya... Itu sumber gelisahku... Dan aku menikmatinya... karena itulah seni hidupku...

Aku suka mencari rahmat dan kasih sayangNya... kedekatan denganNya... pada malam-malamNya... Berjam-jam aku bisa berdiam diri di loteng rumahku sambil memandangi langitNya... hingga hawa dingin malam menusuk tulangku, baru aku beranjak turun, berkumpul dengan keluarga atau mengunci diri di kamarku menunggu waktu tuk mengadu padaNya ...

Hingga kuterdampar di gurun ini... semakin kunikmati langit malamNya yang sangat indah... tanpa gangguan pepohonan...

Langit malamNya begitu menginspirasiku...

Saat kulintasi gurun bersama belahan hatiku.... sering aku memandangi langit malamNya yang bertabur hiasan... Bintang dan rembulan... Sambil menikmati laju mobil, kupandangi bintangNya yang selalu mengikutiku... Bintang itu cerah sekali... seolah tersenyum padaku... Dan saat mendung terkadang melingkupinya... Kuyakin dia pasti masih tetap tersenyum di balik awan...

Aku ingin seperti bintang itu... tetap tersenyum, walau kadang pahit kehidupan kurasakan... Tersenyum dengan segala ketetapanNya... Menerima segala nikmatNya... yang mungkin sekarang ini belum kumaknai sebagai suatu nikmat...

Terkadang kujumpai bulan keemasan muncul di ufuk timur langit malamNya... Subhanallaah... besar, syahdu dan indah.... Tapi sayang, tak tercipta puisi untuknya saat itu...

Dan kemarin, kujumpai bulan ayu itu tak lagi bundar... bayangan hitam melingkupi bundarnya, setelah beberapa hari yang lalu, gerhana menyambanginya... Aku jadi teringat diriku... senyumku dengan senyum bulan pada saat itu hampir sama.... pucat... Dan bisa kuperkirakan... dalam hitungan beberapa hari ke depan... bulan pasi itu akan menghilang tuk sementara waktu.... Membersihkan gelap yang menyelimutinya... mungkin dia butuh waktu tuk menepis duka hatinya...

Walau dunia kehilangan dia sesaat... pada waktunya nanti, dia akan muncul.... dengan seulas senyum manisnya di awal masa....terusss ... hingga aku akan menjumpai wajah sempurnanya, di ufuk timur dengan cahaya keemasannya yang teduh... MashaAllah... aku baru bisa lihat bulan sebesar itu di daratan ini... bebas tanpa gangguan pepohonan.... Subhanallaah...

Betapa langit malamMu begitu menginspirasiku ya Rabbku... Terimakasih...

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More